ganti rupiah dengan dolar AS yang sekarang ini ada pada posisi Rp 14. 000-an per satu dollar, mengakibatkan pelaku usaha yang mengandalkan bahan baku impor putar otak untuk melanjutkan usahanya. Satu diantaranya usaha pembuatan tempe, yang sampai sekarang ini masihlah mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku.
Dari hasil pantauan tim kami di beberapa pasar-pasar tradisional di Indonesia, sekarang ini beredar tempe memiliki bahan kedelai yang dalam membuatnya dikombinasi dengan ampas kelapa. Salah satunya di Pasar 16 Ilir Indonesi,, yang tampak beberapa pedagang menjajahkan tempe kedelai yang digabung ampas kelapa.
Dengan cara kasat mata tidak ada perbedaan pada tempe memiliki bahan murni dari kedelai dengan tempe kedelai yang digabung ampas kelapa.
Batangan-batangan tempe dengan ukuran persegi yang dibungkus daun pisang, dijejerkan pedagang yang dijual pada beberapa orang sebagai konsumen.
Untuk membedakan tempe kedelai murni dengan tempe kedelai digabung ampas kelapa, membedakannya yakni serat-serat tempe.
Apabila dibelah, serat tempe yang dikombinasi ampas kelapa sekat seratnya terlihat hitam. Sedang tempe kedelai murni, sekat serat-seratnya berwarna putih.
Mengenai harga jual dari pedagang pada konsumen juga, harga tempe kedelai yang dikombinasi ampas kelapa lebih murah dari pada dengan harga tempe kedelai yang dikombinasi ampas kelapa.
Sumiati, salah seseorang pedagang yang jual tempe mengakui, tempe yang dijualnya ada beberapa tempe kedelai yang dikombinasi ampas kelapa. Namun batangan tempe dipisahkan agar beberapa orang sebagai konsumen tahu perbedaannya.
" Apabila tempe umum (bahan murni kedelai) harga nya sebatangnya Rp 6 ribu, tetapi apabila yang digabung ampas kelapa perbatangnya dijual Rp 4 ribu, " katanya.