Dinilai Sebabkan Perilaku yang Berisiko, Minuman Berenergi dilaranng dan Tak Dijual di Kampus Ini


Middlebury College di Vermont, Amerika Serikat, punya peraturan unik dan tak biasa. Pihak universitas melarang penjualan minuman berenergi dalam jenis apapun karena dinilai menyebabkan mahasiswa melakukan perilaku berisiko.

Pelarangan penjualan rencananya akan berlaku mulai 7 Maret 2016. Pihak kantin dan toko lainnya yang masih termasuk ke dalam wilayah kampus Middlebury diminta untuk menaati peraturan dan tidak lagi menjual minuman berenergi setelah peraturan berlaku.

"Pihak kampus merasa minuman berenergi merupakan penyebab perilaku berisiko siswa, antara lain seks berisiko dan konsumsi alkohol. Pihak kampus bertanggung jawab untuk memastikan siswa menerima manfaat yang baik untuk kesehatan," demikian keterangan dari Middlebury College, dikutip dari Medical Daily, Senin (29/2/2016).

Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2014 oleh jurnal Nutrition Review menyebut konsumsi minuman berenergi memengaruhi pengambilan keputusan. Mereka yang rutin meminum minuman berenergi akan lebih mungkin melakukan hubungan seks tanpa pengaman, menggunakan narkoba serta terlibat dalam perkelahian.

Studi lain yang diterbitkan September tahun lalu menyebut risiko penyakit jantung meningkat jika mengonsumsi minuman berenergi, akibat tekanan darah yang tinggi. Hasil studi mengatakan tekanan darah sistolik meningkat 6,2 persen, tekanan darah diastolik 6,8 persen, dan tekanan darah rata-rata meningkat 6,4 persen bagi mereka yang meminum minuman energi satu minggu sekali.

Minuman berenergi dinilai tidak mengampanyekan gaya hidup sehat karena memiliki kadar kafein dan pemanis buatan yang tinggi. Hal ini dikatakan pakar dapat memicu obesitas dan penyakit metabolisme lainnya.

Produk minuman energi yang digunakan pada studi diketahui memiliki kandungan 200 miligram kafein, 2.000 miligram taurin, serta herba stimulan lain seperti ginseng, biji guarana, dan milk thistle.

sumber : detik.com