Kurang dalam sepekan, masyarakat muslim di seluruh dunia akan menyambut bulan Ramadhan. Hal ini tentunya menjadi keberkahan dan kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat muslim, sebab masih berkesempatan bertemu bulan yang dipercaya penuh berkah dan dapat menjalankan ibadah puasa sebelum merayakan Idul Fitri setahun sekali.
Dalam menjalankan ibadah puasa ini, seharusnya anggaran belanja setiap bulan dapat dihemat karena umat muslim hanya makan 2 kali sehari saat sahur dan berbuka puasa setelah adzan maghrib. Namun ternyata tak jarang dari sebagian dari kaum muslim, pada saat bulan puasa justru membuat pengeluaran menjadi 2 hingga 3 kali lebih besar bila dibandingkan dengan bulan biasanya.
Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengherankan, karena biasanya pada saat bulan Ramadhan terkadang banyak orang berpuasa menjadi ‘lapar mata’ dan berbelanja yang berlebihan. Belum lagi ajakan teman untuk berbuka puasa bersama dan persiapan lebaran yang menjadi penyebab membengkaknya anggaran di bulan puasa.
Dalam hal ini, salah satu financial planner (perencana keuangan) independen, Ahmad Gozali memberikan beberapa tips dalam mengatur pengeluaran selama bulan puasa, agar dapat terhindar dari hal-hal yang sifatnya berlebihan atau ‘mubazir’. Tips ini bisa dilakukan bukan hanya untuk umat muslim yang akan berpuasa tetapi juga bisa diaplikasikan oleh umat agama lain yang juga merasakan atmosfir Ramadhan dirayakan di Indonesia. Berikut adalah ulasannya:
1. Menghindari Berbelanja Secara Impulsif
Dalam menjalankan ibadah puasa, kita sebagai umat muslim akan merasakan letih (capek) dan mengantuk karena harus menahan lapar dan haus hingga hampir 14 jam dalam sehari. Sementara kurangnya pasokan energi dari makanan ke otak bisa menurunkan konsentrasi untuk berpikir tajam. Jika dalam keadaan seperti ini kita berbelanja, tentunya akan mendorong kita untuk belanja secara impulsif atau membeli barang tanpa berfikir jernih terlebih dahulu terkait kebutuhan atau manfaatnya.
Terlebih lagi, di bulan Ramadhan biasanya banyak promo atau diskon yang mendorong kita belanja tanpa berpikir panjang. Di samping itu, godaan juga datang saat melihat barang-barang yang terpajang (display)cantik, dan uang Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterima karyawan menjelang lebaran.
“Untuk menghindari hal ini, apabila kita ingin berbelanja sebaiknya dilakukan sebelum puasa saja. Ataupun apabila memang sudah memasuki bulan puasa, usahakan berbelanja di pagi hari agar badan masih terasa segar dan fit sehingga dapat berfikir lebih jernih dalam mengambil keputusan membeli suatu barang,” ungkap perencana keuangan yang sukses menulis buku ‘‘Habiskan Saja Gajimu & Magnet Rezeki’ ini.
2. Memisahkan Antara Belanja Rutin dan Belanja Tidak Rutin
Berbelanja untuk kebutuhan rutin, seperti makanan dan barang lainnya untuk penggunaan bualanan, sebaiknya tidak dilakukan secara bersamaan dengan berbelanja yang tidak rutin seperti membeli baju baru dan keperluan lebaran lainnya. Hal ini dikarenakan bisa menyebabkan belanja kebutuhan rutin bisa membesar juga.
Gozali memberikan contoh, misalnya saja berbelanja kebutuhan rutin di luar bulan puasa untuk budgetmakan siang di mal Rp50 ribu sudah cukup. Namun jika setelah berbelanja baju baru mencapai Rp5 juta, membeli makan Rp100 ribu pun masih terasa sangat murah. Sehingga hal ini dapat menyebabkan anggaran belanja kita di bulan puasa ikut membesar.
3. Mengatur Menu Berbuka Keluarga
Terkadang dalam mempersiapkan kudapan berbuka puasa ini, setiap anggota dikeluarga memiliki keinginan menu yang berbeda-beda. Oleh karena itu kita harus menyeragamkan menu berbuka puasa antar anggota keluarga.
Hal ini dimaksudkan agar tidak ada makanan yang tidak habis dimakan, bersisa dan terbuang yang mubazir. Menyediakan makanan yang berlebihan juga dapat menimbulkan pemborosan dan pengeluaran bulan puasa pun membesar.
Suatu hal yang tidak bisa dihindari juga adalah ajakan atau undangan untuk berbuka puasa bersama dengan teman. Tentunya ini juga akan manambah pos pengeluaran kita selama bulan puasa karena biasanya undangan berbuka puasa ini di restoran atau kafe.
Oleh karena itu, kita juga harus bisa selektif dan memilih mana yang acaranya bermakna dan mana yang hanya untuk hura-hura saja. Ini bisa kita anggarkan sejak dari awal, berapa kali kita bisa berbuka puasa diluar, karena pada dasarnya ajang berbuka puasa ini juga menjadi tali silaturahmi dengan teman.
Itulah beberapa tips dalam mengatur pengeluaran kita selama bulan puasa. Jadikan bulan puasa ini yang sebentar lagi kita akan jalankan ini menjadi lebih bermakna dengan tidak berbelanja yang berlebihan dan mubazir serta menjadikan kita manusia yang lebih baik lagi.
(Sumber:http://www.money.id)