Siapa juga Anda tentu inginkan pasangan hidup yang sempurna. Mempunyai pasangan hidup yang berakhlak mulia tanpa ada cela, muka rupawan dan kekayaan yang membuatnya hartawan adalah hal sebagai dambaan.
Tetapi seringkali sebagai harapan hanya tinggal harapan. Pasangan hidup yang didambakan malah penuh dengan kesalahan. Tetapi ingat, bila kita sering memaafkan kekeliruan pasangan, ada pahala besar yang tentu kita dapatkan.
Untuk seseorang lelaki, kesalahan utama yang sering dikerjakan yaitu mendambakan seseorang istri shalihah, berparas cant!k, berpenampilan menarik, datang dari keturunan baik-baik dengan harta kekayaan selangit.
Demikian juga untuk seseorang wanita, tentu yang didambakan untuk jadi pasangan hidupnya yaitu lelaki yang shalih, berparas tampan, miliki pekerjaan yang mapan, berlaku penuh tanggung jawab serta dapat menundukkan pandangan pada wanita lain di luaran.
Wajar serta manusiawi memanglah.
Walau demikian bila fakta berkata demikian sebaliknya lantas kita depresi berat lantaran rasa kecewa yang memuncak, ini telah jadi hal serius yang perlu selekasnya diakukan. Terlebih bila ekspetasi tinggi yg tidak berwujud nyata ini pada akhirnya menyebabkan percer4ian.
Misalnya lelaki yang saat ini jadi pasangan hidup kita nyatanya yaitu suami yang hobinya tidur sampai larut malam hingga larut malam. Jangankan shalat, sadar kalau saat shalat telah lewat pun rasanya tidak. Ia juga suka nongkrong berbarengan beberapa rekannya daripada giat bekerja. B4u tubuhnya menyengat lantaran selain malas mandi, ia juga pec4ndu r0k*0k yang cukup berat. Sesaat saat tidur, dengkurannya seringkali mengganggu serta membangunkan kita di tengah malam.
Lalu mengenai kebersihan tempat tinggal, jangankan menolong membereskan tempat tinggal malah ia jadi menambah seisi tempat tinggal jadi berantakan dengan beragam barang yg tidak jelas manfaatnya. Belum lagi kesukaannya yang sering lupa menempatkan suatu hal. Ia juga sering meledak marah cuma lantaran kekeliruan kecil yang kita kerjakan.
Sungguh menjengkelkan, bukan?
Demikian juga dengan istri yang saat ini menemani hari-hari kita sebagai suami di mana sang istri tidak pernah berdandan untuk seseorang imam keluarga. Pakaian yang dipakainya nyaris jadi pusat percampuran pada b4u apek dengan b4u keringat. Rambutnya yang panjang, tidak sering ia sisir serta keramasi sampai terlihat gimbal tidak karuan. Ditambah lagi kentutnya demikian kencang serta tidak perduli kita ada di sisinya. Demikian juga langkahnya bicara yang laksana mobil tanpa ada rem.
Kewajibannya sebagai ibu rumah-tangga dilewatkannya demikian saja lantaran ia tidak pintar menjaga tempat tinggal. Lantai yang kotor ia biarlah menebal lantaran jarangnya kesibukan menyapu serta mengepel. Dapur yang harusnya jadi satu istana untuk seseorang istri seolah seperti kapal pecah setiap ia habis memasak. Diluar itu ia juga pencemburu buta yang bikin kita terasa tidak nyaman.
Hobynya yang sukai belanja ia biarlah mengakar tanpa pernah lihat keadaan keuangan kita yang usaha keras untuk memenuhi kebutuhan dasar. Bila berlangsung persoalan, lemparan piring serta gelas juga jadi peluap emosinya yang meled4k-led4k.
Satu hari dua hari, satu minggu dua minggu mungkin saja kita masihlah dapat coba bersabar. Tetapi bila karakter buruk pasangan tidak kunjung beralih, makin lama bakal mengikis ketebalan kesabaran sampai setipis-tipisnya. Bila telah seperti itu, keutuhan mahligai rumah tangga kita mulai dipertaruhkan.
Kepemimpinan kita sebagai seseorang suami bakal mulai diuji. Demikian juga ketaatan kita sebagai seseorang istri dituntut pembuktiannya.
Dalam keadaan itu, setan makin berkerumun serta bergembira dan membisikkan anjuran supaya tambah baik bercer4i saja pada kita serta pasangan. Naudzubillah!
Bila ini berlangsung, ingatlah baik-baik firman Allah Ta'ala di bawah ini :
" Dan berg4ullah dengan mereka dengan cara pantas. Lalu apabila anda tidak suka pada mereka, (jadi bersabarlah) lantaran mungkin kamu tidak menyukai suatu hal, walau sebenarnya Allah jadikan kepadanya kebaikan yang banyak. " (QS. An Nisa : 19)
Ingatlah juga sabda Rasulullah SAW tersebut :
" Tidaklah seseorang hamba memberi maaf, terkecuali Allah Ta'ala berikan kemuliaan baginya. Serta tidaklah seorang berlaku tawadhu' (rendah hati) lantaran Allah Ta'ala, terkecuali Dia bakal meninggikan derajatnya. " (HR. Muslim)
Jadi bersabarlah serta pertebal kesabaran kita baik sebagai seseorang suami ataupun seseorang istri lantaran pahala memaafkan kekeliruan pasangan sangat besar baik dalam pandangan Allah ataupun dalam pandangan manusia.
Maafkanlah kesalahan untuk kesalahannya lantaran dibalik kesalahannya yang tidak kita gemari, mungkin saja malah Allah jadikan kebaikan yang banyak kepadanya.
Ingatlah!!!
Memberi maaf bukanlah berarti merendahkan derajat,
Memberi maaf bukanlah juga perlambang kelemahan,
Tetapi memberi maaf malah akan menambah kemuliaan kita.
Sumber : KabarMakkah. com