Seperti biasanya, saat hari libur tiba semua orang disibukkan dengan kegiatannya masing-masing, tak kecuali beberapa pedagang di pasar. Waktu hari libur umumnya mereka semakin banyak menjual dagangannya. Mendengar kata pasar, lalu yang terpikir secara spontan adalah kesan kot0r, sesak, dan pengap kan?
Dibalik kesan kot0r, sesak dan pengap itu, langkah juga berhenti saat melihat ke seberang Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Di situ, ada sosok pejuang keluarga yang mempunyai keterbatasan pengelihatan serta telah lanjut usia yang masihlah ingin berupaya untuk menghidupkan keluarga.
Perjuangan seseorang kakek meskipun tak mempunyai penglihatan sebagai orang yang normal masih ingin berupaya tanpa ada mengharapkan pamrih dari orang lain. Dengan menjual pisang, ia ingin memperoleh untung untuk menghidupi keluarganya.
Mengawali peruntungannya di pagi hari untuk berjualan pisang, kakek bergegas menuju pasar setiap pagi. Karena ia telah punya langganan tetap dalam membeli pisang yang bakal di jual, yakni tetangganya sendiri. Ia cuma butuh menanti pesanan pisangnya ditempat umum, yaitu di seberang pintu masuk Pasar Induk Kramat Jati.
Walau berjualan di seberang pasar, itu tidak masalah baginya seandainya yang didapat dari hasil keringat sendiri serta halal. Satu hal yang paling tidak ia sukai yakni meminta-minta. Walaupun hasil yang didapat dari hasil dagangannya tidak seberapa, ia terasa bahagia lantaran dapat menghidupi keluarganya dari hasil yang halal.
Terkadang beberapa pembeli terasa iba dengan kondisinya, namun kakek tidak mau jadi belas kasihan orang-orang. Dia senantiasa kembalikan semua kelebihan uang yang sesungguhnya berniat pembeli berikan. Terbesit dalam sanubari kita masing-masing, masihlah ada orang jujur serta mulia didunia ini. Uang lebih seribu rupiah juga tak dia terima (lantaran bukanlah haknya) untuk harga diri serta prinsip yang demikian luhur
juang keluarga yang mempunyai keterbatasan pengelihatan yang masihlah ingin berupaya untuk menghidupkan keluarga.
Sejak ia berdagang, yang ia terapkan yaitu sistem yang bersih serta jujur agar dagangan ramai pembeli. Saat bicara masalah kejujuran, ia juga menyampaikan mesti menghindari sifat iri serta dengki pada orang lain lantaran sifat itu bisa menghantarkan kita ke jalan yang buruk.
Lelaki seumuran dengannya umumnya sering alami penyakit, tetapi ia tampak sehat serta ku4t, cuma saja terkadang alami rematik. Setiap hari ia menggunakan waktunya untuk berjualan. Di usianya yang telah tua, ia masihlah mencari nafkah dengan halal, tak seperti umumnya orangtua yang lain yang memakai kesempatan di hari tua mereka lewat cara mengemis pura-pura tak melihat maupun cacat lainnya.
Satu hari ia pernah mengalami kerugian. Ia jadi korban penipuan waktu berjualan. Seseorang pembeli mendatanginya dengan membeli tiga sisir pisang seharga empat puluh lima ribu rupiah. Dibayar dengan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah serta menyampaikan kepadanya itu yaitu uang seratus ribu rupiah. Jadi, ia kembalikan kembaliannya kepada penipu tersebut . Karena memanglah ia memiliki kekurangan pada pengelihatannya, penipu itu sudah memperoleh pisang gratis dan memperoleh uang.
Ada pelajaran bernilai yang dapat dipetik dari cerita itu, yaitu usaha keras si penjual pisang meskipun ada keterbatasan fisik, namun tetaplah berjuang untuk hidup serta keluarganya. Saya yakin Allah tak pernah tidur, tak perlu mengejar atau membalas perbuatan buruk yang dilakukan orang lain pada kita, cukup mereka saja yang berbuat zalim. Bila kita membalas, apa bedanya kita dengan orang itu? tutupnya.
Berusaha keras serta tidak putus harapan menghadapi kesulitannya. Sesaat banyak orang yang lebih sempurna, tak mempunyai keterbatasan, banyak membuang waktu dengan bersantai dan sering mengeluh apabila hadapi permasalahan. Semoga cerita ini dapat jadi pelajaran supaya kita dapat lebih mensyukuri nikmat serta anugerah yang sudah Tuhan berikan pada kita.