Pahit banget ya…udahlah hidup susah, sakit dilarang, sekarang diusir pula dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Judul diatas mungkin bisa bikin sebagian dari kita emosi, kesel atau mungkin merasa biasa aja karena sudah terbiasa dengan ucapan itu. Bagaimana mungkin kita bisa ga peduli dengan keadaan sekarang ini, dimana banyak orang miskin yang sakit dan tak tertolong. Padahal kita hidup berdampingan, bertetangga, bersaudara satu sama lain. Kita bahkan tinggal di bawah naungan Negara yang sama, ibaratnya satu atap, tapi ada saudara kita yang masih dalam keadaanmiskin.
Sejujurnya, kata miskin itu kurang enak didengarkan apalagi disebutkan. Saya lebih senang dengan kata “dhuafa” lebih lembut, tidak terkesan menghakimi seseorang. Kita hidup bersama mereka dan seharusnya kita mau lebih peduli dengan keadaan mereka. Tau kan, pemberitaan yang menyebutkan bahwa per tanggal 1 Januari 2014, akan diberikan bantuan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sistemnya lebih kepada subsidi silang, yang kaya menolong kaum dhuafa. Saya rasa itu ide yang brilian dimana kita membantu sesama kita yang membutuhkan pertolongan. Kaumdhuafa yang sakit tentu akan sulit mendapatkan layanan kesehatan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan menyampaikan sebuah harapan bagi Presiden terpilih kelak, agar pada tahun 2019 seluruh masyarakat Indonesia memperoleh jaminankesehatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Saya menyambut baik harapan beliau dan punya harapan yang sama agar dapat terwujud. Bahkan Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat juga telah menargetkan angka kemiskinan berkurang 14 % tahun 2014 mendatang. Mari kita dukung, semoga segera terwujud. Terlepas dari harapan Presiden dan target Pemerintah itu, ini ada cerita nyata yang dialami saudara kita terkait sulitnya kaum dhuafa mendapatkan layanan kesehatandi NKRI ini.
Ceritanya, saya pernah punya pengalaman bertemu dengan seseorang yang kewalahan mendapatkan layanan kesehatan di Rumah Sakit. Saya bertemu dengan tidak sengaja di kantor Lurah karena ada keperluan mengurus Kartu Keluarga. Ini kisah nyata, bagaimana beliau berjuang untuk mendapatkan pelayanan persalinan untuk kelahiran anak pertamanya. Tiga Rumah Sakit yang didatanginya menolak mentah-mentah dengan alasan kamar kelas tiga kosong dan harus membayar uang administrasi atau uang muka untuk biaya persalinan istrinya. Anak dalam perutnya sudah akan lahir tapi tak satupun Rumah Sakit bersedia menerimanya. Dia lalu bertanya pada pihak Rumah Sakit harus bagaimana, dia diminta untuk meminta surat keterangan tidak mampu/miskin dari RT, RW, Lurah dll. Plisssss deh, mereka juga manusia, ibu itu perlu ditolong secepatnya. Dimana hati nurani kita? bahkan satpam di depan Rumah Sakit hanya menyaksikan tanpa berusaha membantu beliau menurunkan istrinya yang kesakitan. Meskipun akhirnya ada juga yang menerimanya, namun tetap saja mengecewakan karena seharusnya cepat ditolong demi keselamatan mereka.
Belajar dari kisah nyata itu, saya rasa semua orang di NKRI ini berhak untuk hidup layak, berhak untuk sehat. Tidak ada satupun diantara kita yang boleh menghakimi keadaan mereka. Karena kita semua sama, sama-sama manusia, sama-sama makhuk yang tidak sempurna. Sebagai makhluk sosial kita saling membutuhkan satu sama lain. Suatu saat mungkin kita yang membutuhkan pertolongan orang lain, kita ga pernah tau kan?
Saya ingin menegaskan bahwa sehat milik semua, tak perduli kaum dhuafa sekali pun, mereka berhak untuk hidup layak dan sehat. Jangan ada lagi kejadian seperti kisah yang dialami beliau itu. Yuk, kita tingkatkan rasa toleransi, rasa cinta sesama, rasa perduli bagi mereka yang memerlukan pertolongan. Jika kita belum memungkinkan untuk terjun langsung menjangkau kaum dhuafa, ada cara lain untuk turut membantu kaum dhuafa di NKRI ini misalnya menyalurkan bantuan finansial kepada organisasi yang memberikan Layanan Kesehatan Cuma-cuma bagi kaum dhuafa (LKC Dompet Dhuafa).
Dengan semangat saling mendukung dan membantu sesama, harapanku untukkesehatan di NKRI ke depannya:
1.Semoga ga ada lagi air mata kesedihan kaum dhuafa di NKRI ini, semoga ga ada lagi kaum dhuafa yang menderita karena terlambat mendapatkan pertolongan, semoga ga ada lagi kaum dhuafa yang menjadi korban apalagi meninggal dunia, hanya karena ketidakmampuannya membayar biaya berobat/ Rumah Sakit.2.Semoga harapan segenap lapisan masyarakat agar seluruh masyarakat di NKRI ini mendapat jaminan kesehatan dapat segera terwujud.
Setidaknya, ada dua hal yang dapat kita lakukan saat ini untuk mendukung tercapainya harapan-harapan tersebut, yaitu:
1.Mendukung sepenuhnya semua gerakan, organisasi dan lembaga yang bergerak dalam memberikan Layanan Kesehatan Cuma-cuma bagi kaum dhuafa seperti yang dilakukan Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC Dompet Dhuafa) dengan dukungan tenaga, pikiran maupun finansial. Dengan 29 pos sehat Pondok Keluarga dan Masyarakat Sehat (PKMS) yang ada saat ini dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, diharapkan Layanan Kesehatan Cuma-cuma ini semakin dekat dengan kaum dhuafa.
2. Memanfaatkan teknologi informasi yang semakin canggih yang ada saat ini, dimana kita bisa menggunakan blog sebagai media untuk menyampaikan hal-hal positif dan memberikan perhatian pada kaum dhuafa di NKRI. Adanya internet membuat kita dapat melakukan kegiatan sosial, melakukan gerakan-gerakan positif, menggalang dana dari seluruh pelosok Indonesia secara online, guna menolong kaum dhuafa yang memerlukan pengobatan atau dalam keadaan sakit.